Rabu, 27 Juni 2012

Letter (Thanks, My Bias)


I closed my eyes, tried to avoid this painful headache and forgot the thoughts about him. For five seconds I had tried to close my eyes, calmed my mind.

A figure appeared and messed everything…
He was standing there with his angelic smile that I hated so much…
I saw his small eyes that almost unseen …
I saw his handsome smile, but saw those tears clearly…

Started to hate it, I opened my eyes widely and I took a deep sigh as I woke up hardly. I leaned my shoulders against the wall and closed my eyes again. Unconsciously I re-thought about it again..

Did I love him?
This feeling had been so cold to feel that kind of feel.
This tears glance had no tears again to cry about it.
And this lip didn’t have any energy left to smile because of it..
I took a sheet of paper and tried to write what I felt..
Dear the one that I used to love

I stopped writing, and then made a double strike above it. It seemed it still could be read. “The one that I used to love”. It’s ridiculous. I changed it..

Dear You..
The one that always made me smile even when I was crying
The one that always made me cry even when I was smiling
The one that could make my day, but also broke my day easily
The one that taught me about this feeling
But also, the one that gave me know how hurt it was
The one that made me cry a river for a whole night just because a tiny thing
The one that gave me this pain, but the one that healed too
The one that I used to love, how are you?

I stopped writing and thought how silly I was. I squeezed and threw that paper and changed into the new one..


Hai.. it has been a long time I didn’t see you. How r you? Are you doing alright? I’m not. Just remember the day we first met.. Hmm.. that feeling that I used to have for you doesn’t seem alright now days.. I try to remember what I’ve done with you at the past. I recall for every beautiful memory that I’ve spent with your presence. But, I just end with that plain face. I don’t know why, I can’t cry or laugh. Does it means, am I starting to forget you? What’s your opinion?
Forget about those things.. You have to know that, I have changed. I was not a girl that you’ve known before. I was not a girl who cried whole night because of you. I was not a girl who screamed loudly because saw you were walking with someone else. I was not a girl who abandoned herself just to think and worry about you. I was not that girl anymore..
Finally I realized..
 If these tears were too precious for the one that never cried because of me
If this pure heart was too priceless for the one that never looked me
If this mind was too awesome for the one that never thought about me even for a second
And the last is.. I realized, If this girl never deserved you..
Look at to myself. I was nothing. Not even 1% of you..
Before this, I loved you so damn much. Until I realized, if this feeling would be nothing someday..
I know if my heart is going to shatter someday.. I loved you till I forget about reality..
Before, I always hoped I could be around you, cared for you, cheered for you, cried with you, gave my shoulders when you were sad, gave my hug when you were happy because reached something.
Be the one that heard all your stories, didn’t care even sad or happy stories.
The one that spent a weekend with you, laughed with you, walked in the street with you..
The one that got your kiss, your embrace, your smile, your affection, your care, and your love..
After I realized it, I didn’t want them anymore..
Even when I was around you or not, I would never change a thing..
I couldn’t change that stubborn you, my presence was not that big deal..
I was the one that you could not be proud of..
I believed there might be someone out there, the luckiest girl of my version that deserved you..
That could do better than I do for you..
Just with that thought, I could stop my tears
Since I couldn’t do those things, I just could believe if your future girl should be that perfect..
The one that deserved you..
I was that selfish to push this fate to make you as my destiny. But, don’t worry again, I won’t do that anymore..
Since now..
The last is..
Don’t be stubborn person anymore. You have to realize if you are not a superman, and never can be. You are a human, you deserve to cry and to smile..
Stop for being a selfish person who thinks he was alright all the time without anyone’s help..
And try to open yourself..
If you have problems tell your problems with the one you believe..
All of them are the things that I just could do..
I could not do more than that, even I could not do a thing for you..
I’m sorry I’ve loved you..
But now, it’s time to say goodbye.. I hope your life will be a great one with the one that you love like your great smile made my everyday..
Thanks to you..
Because of you, I have changed to be tough, to be the one that I haven’t imagined before..
Once again, thanks.. My first love, Lee Jinki..
               
        I ended that letter without gave my name. I didn’t realize if my cheeks were wet because my tears. Damn, I cry again..  I took a deep sigh again, I stood up hardly then went out from home, went to give this little letter..








Sabtu, 14 Januari 2012

Untitled

dedicated for myself (?) and my teacher who gave this assignment to me LOL happy reading ^^

Suara gemuruh yang berasal dari dapur pagi itu sukses membuatku terbangun dari alam bawah sadarku. Dengan berat aku membuka mataku. Tanpa sadar kakiku mengarahkanku dan menuntunku menuju ruangan, aku menjongkokkan tubuhku dan berdiam sebentar di atasnya. Beberapa detik pikiranku terbang, hampir saja terbawa oleh suasana. Aku bergegas bangun dan mencuci wajahku. Percikan air menerpa wajahku membuat rasa berat di mataku hilang. Aku melihat refleksi bayangan tubuhku sebentar tanpa berkata – kata. Tidak ingin syndrome pagi ini mengangguku lebih jauh, aku keluar dari kamar mandi dan seperti terhipnotis oleh pikiranku, aku menuju kamarku. Aku berdoa sebentar kepada Tuhan dengan bersimpuh. Huh, aku merasa kebih lega. Aku membuka sebuah benda berukuran persegi panjang di mejaku, menekan salah satu tombol di atasnya, dan lagi – lagi jiwaku pergi mengelana bersama lamunanku sembari menunggu benda persegi panjang itu siap dipakai. Aku bertopang dagu di depannya dan mulai bosan menunggunya siap untuk dipakai. Tidak lama gambar seseorang yang sudah tidak asing lagi dimataku muncul mengisi layar benda persegi panjang itu dengan penuh. Aku menghembuskan nafas kecil, jari – jariku berdansa di atas permukaan yang terdapat di atas benda persegi panjang ini, mengarahkanku untuk meng-klik sebuah ikon yang terdapat di layar. Klik klik, 2 kali aku harus meng-klik agar program yang aku inginkan bisa beroperasi. Hanya membutuhkan waktu kira – kira 5 detik untuk menunggu program itu agar bisa beroperasi. Sebuah kabel kuning aku tancapkan di salah satu lubang yang terdapat di benda persegi panjang ini. Aku membuka program yang lain dan lagi – lagi menunggunya siap untuk beroperasi. Aku melihat jendela program yang aku buka pertama kali, di situ aku melihat beberap list nama. Aku mencoba membuka sesuatu dan menuliskan sesuatu dan mengirimnya. Sembari menunggu teman yang kutuju membalas. Dengan malas aku membuka program lain yang sudah kubuka, dan lagi – lagi memilih salah satu daftar. Selang beberapa detik, terdengar seseorang wanita melantunkan sebuah lagu dengan bahasa dari negeri gingseng. Walaupun ini bukan bahasaku, tapi aku mengerti benar apa maksud lagu ini. Sekilas memang menyindirku..
Untuk membuatmu tersenyum
Aku hanya berfikir tentang itu
Kapanpun dan dimanapun kau
Aku selalu melihat dan merindukanmu
Dan khawatir hanya untukmu

Ada seorang wanita
Yang sangat mencintaimu
Ada seseorang wanita
Yang bahkan tidak bisa mengatakan “Aku mencintaimu”
Namun…
Ada seorang pria
Yang bahkan tidak tahu aku seperti ini
Yang mendapatkan cinta
Yang bahkan tidak tahu, apa itu cinta
    Baik, sedikit berlebihan bukan? Itu bukan perkara yang cocok dipikirkan oleh seseorang gadis yang baru berumur 15 tahun, bukan? Ya, aku melamunkan itu semua di tengah kesadaranku. Mengagumi seseorang yang bahkan tidak tahu diriku, mengkhawatirkan seseorang yang bahkan tidak tahu siapa namaku, darimana aku berasal. Sungguh tidak masuk akal, bukan? Aku sudah terjebak dalam minoritas ini selama lebih dari 2 tahun. Hidup dalam imajinasiku, hidup dalam mimpi – mimpiku. Terjebak dalam mimpi – mimpiku yang mungkin akan sangat sulit untuk aku raih. Tapi, karenanya aku berani untuk bermimpi. Karenanya, aku bisa menyadari bahwa tidak ada satupun mimpi yang bisa ditertawakan. Walaupun kemungkinan itu sangat kecil, tapi itu tetap saja kemungkinan bukan? Dalam hidup ini hanya ada dua kemungkinan 99% gagal atau 1% berhasil, atau sebaliknya. Konyolnya aku mendapat kata – kata itu dari sebuah karakter anime yang pernah aku tonton. Dan dengan instan aku memercayainya. Tak sadar, pesan instan dari teman cyber-ku membuyarkan lamunanku. Dengan segera aku membalasnya dan menceritakan apa yang sedang aku pikirkan. Namanya Hanah, ya biasanya aku memanggilnya seperti itu. Kami bertemu di dunia maya, dan dialah orang yang bisa mengertiku. Aku sudah cukup bosan dengan kata – kata yang sudah bisa aku tebak ketika aku menceritakan apa yang aku rasakan kepada teman - temanku. Aku sudah lelah ketika mereka menyindir dan menertawakanku ketika aku menceritakan keluh kesahku. Mungkin karena persamaan perasaan yang kami miliki, dan persamaan beberapa mimpi yang kami miliki, dia bisa mengertiku. Aku sudah menganggapnya sebagai seorang kakak. Dengan gamblang aku bisa menceritakan semua mimpi – mimpiku tanpa rasa takut untuk ditertawakan. Dengan rincinya aku bisa berkhayal bersamanya sekedar untuk mengisi waktu luang. Walaupun kadang – kadang kami lelah akan khayalan dan tak pernah segan untuk menggantinya dengan yang baru. Konyol bukan? Kebanyakan waktu di liburan ini aku habiskan dengan berkhayal bersamanya. Mungkin aku remaja yang terlalu banyak berkhayal, seolah – olah khayalan dan mimpi – mimpi itu sudah menjadi bagian hidupku. Remaja yang dramatis yang selalu melebih – lebihkan apa yang aku hadapi. Remaja pemikir yang tidak pernah meloloskan setiap detail masalah yang melintas di dalam benakku. Sepertinya sulit, dan memang sulit. Tapi itulah hidupku, hidup seorang pemimpi. Aku mulai berkhayal dengannya, membayangkan aku bertemu orang yang aku kagumi selama ini, berbicara dengannya. Tak terasa senyum sudah mengembang di bibirku. Aku terlalu jauh? Biarlah, karena ini hal yang hanya bisa aku lakukan. Aku selalu membayangkan, membayangkan dan hanya membayangkan. Mungkin hidupku penuh dengan kata “seandainya”, tapi bagaimana lagi? Aku tidak ingin hidup seperti ini. Seandainya, lagi dan lagi aku menyebut kata itu, aku bisa meraih semua mimpiku. Aku tidak akan menyebut kata itu lagi. Tapi aku belum bisa..
    Kau tahu orang yang aku sukai? Dia hanyalah orang biasa, sama sepertiku. Hanya saja posisinya yang berbeda. Seseorang yang mungkin mempunya dua kepribadian, selalu menunjukkan senyumnya walaupun aku masih bisa melihat tangis di dalam dirinya. Seseorang yang bahkan rela menahan tangisnya sebelum kamera – kamera jahat itu mati. Seseorang yang selalu ingin membuat orang di sekitarnya tertawa walau itu artinya menyakiti dirinya. Seseorang yang bahkan tidak bisa menujukkan perasaannya. Seseorang yang selalu ingin mendapat perhatian. Seseorang yang bahkan tidak bisa bersikap dengan benar di depan seorang gadis. Seseorang yang pintar namun terlihat bodoh karena kepintarannya. Seseorang yang….. Apakah aku terlalu jauh? Mungkin aku hanya berlagak sok tahu. Tapi itulah hal yang aku dapat darinya selama ini ketika aku mengamatinya dari jauh. Dia adalah orang yang aku kagumi. Cukup tabu rasanya untuk mendefinisikan perasaan ini, apakah suka? Cinta? Atau obsesi? Aku bahkan tidak tahu. Apabila aku mendefinisikan ini sebagai sebuah perasaan suka, aku merasakannya lebih. Apabila aku mendefinisikan ini sebagai cinta, mungkin berlebihan. Aku bahkan tidak mengerti apa itu cinta. Mungkin obsesi? Hanya perasaan suka sesaat yang suatu saat nanti akan tergerus oleh waktu termakan oleh zaman, dan hanya akan tersimpan bersama kenang – kenangan lama di otakku? Mungkin seperti itu. Obsesi, terdengar ekstrim memang. Suatu perasaan keharusan untuk memiliki seseorang? Menghalakan segala cara untuk mendapatkan dirinya? Tapi itu bukan aku. Aku memang mengaguminya. Namun, untuk mendapatkannya dan memilikinya, sedikit sulit. Walaupun bersamanya suatu saat nanti merupkan salah satu impianku, aku hanyalah gadis biasa bukan? itu wajar bukan? Bodohnya, aku hanya ingin dia selalu sehat. Aku hanya ingin dia tersenyum. Aku hanya ingin melihatnya tersenyum dengan senyumnya yang asli. Bukan senyum buatan yang dia harus tunjukkan karena profesionalitas. Bukan itu. Aku hanya ingin memberi tahunya bahwa banyak yang mengaguminya, menyayanginya. Berharap dia akan lebih mengerti ini semua. Mengerti, bahwa dia tidak sendiri. Mengerti bahwa dia bisa bersandar kepadaku dan yang lainnya. Aku hanya berharap itu. Berlebihan? Dramatis? Mungkin seperti itu. Tapi itu sungguh yang aku rasakan. Bodoh…
    Aku menatap layar benda persegi panjang ini dan membaca huruf demi huruf dan merangkainya menjadi kata yang aku baca dan diteruskan ke otak oleh saraf mataku. Aku tersenyum sekilas membaca pesan instan dari temanku dan membalasnya. Hanah mengajakku membuat imajinasi. Kami sering membuat cerita khayalan bersama. Tentang seseorang yang kami kagumi. Walaupun orang yang kami kagumi berbeda, tapi kami bisa memahaminya. Sungguh menyenangkan memang. Tapi, ketika aku sedang terdiam sendiri, berkelana dengan lamunanku dan seribu pikiranku. Entah mengapa, dadaku menjadi sesak memikirkan itu. Menyadari bahwa semuanya hanya khayalanku, yah, hanya khayalan. Dia tidak ada di sini, dia tidak pernah ada dalam hidupku. Dia tidak pernah..
    Aku berjalan menyusuri keramaian jalanan. Berdesak – desakan dengan orang yang aku temui. Menyentuh setiap lapisan  epidermis yang bersentuhan dengan tanganku. Pandangan saling bertabrakan dan sekilas senyum yang aku sampaikan ketika bertemu. Jalanan itu sangatlah sesak, dipadati oleh kerumunan orang yang berbeda tujuan. Sedikit – demi sedikit aku melihat bayangannya, aku melihat mata kecilnya, senyum khas-nya yang mengembang di ujung jalan. Aku melambaikan tanganku dan segera berlari menghampirinya. Aku teriakkan namanya dan berlari girang bagaikan anak kecil. Dia mengetahuiku dia melambaikan tangannya, senyum tak lupa ia sunggingkan dan berharap aku segera sampai ke tempatnya. Aku mencepatkan langkahku berpacu dengan waktu. Aku terjang semua orang yang menghalangiku. Hanya wajah tampan dan senyum manisnya yang menjadi tujuanku. Semakin dekat dan semakin dekat. Aku semakin girang. Jantungku berpacu dengan cepat. Sesekali aku hampir terjatuh karena terlalu terburu – buru. Aku bertemu dengannya. Semakin dekat, kurang satu langkah lagi. Aku sudah siap – siap memeluknya dan meraih tangannya. Satu langkah lagi… Aku berhasil..
    Dia hilang, dia pergi, dia tidak ada dipelukanku, semuanya kosong, dia tidak pernah ada. Itu hanyalah imajinasiku. Bukankah seterusnya akan menjadi seperti itu, bukan? seberapa bagus aku berimajinasi. Seberapa indah khayalanku. Ujungnya akan tetap sama, semuanya kosong. Tidak ada..
    Ketika mengetahui aku seperti ini, mungkin terlihat bodoh. Sangat. Banyak hal yang harus aku pikirkan selain memikirkan hal – hal bodoh seperti ini. Sangat banyak. Aku menyadarinya, bahwa banyak orang yang berkata, apabila ini semua tidak berguna. Aku menyadarinya, sungguh. Aku bahkan tahu. Akan tetapi, aku akan meraih semua mimpiku dengan ini semua. Aku akan meraih mimpiku dengan bermimpi. Dia, seseorang yang aku kagumi. Dia telah menjadi motivasi dan inspirasiku. Konyol? Pasti. Bagaimana aku menjelaskannya.. Secara tidak sengaja dia telah merubahku, menjadi motivasi untukku. Bukankah aku harus menjadi orang yang hebat agar bisa setara dengannya? Bukankah aku harus menjadi orang yang lebih dari sekarang? Bukankah aku harus menjadi orang yang pintar dan berwibawa agar dia bisa melihatku? Bukankah aku harus seperti itu? Dengan cara itu dia mengubahku.
    Karenanya, aku mengerti  sesuatu yang sebelumnya belum aku pahami dan mengerti. Bukan sekedar perasaan seorang fan kepada idolanya. Bukan seperti itu. Walaupun dia adalah orang yang membuatku tertawa ketika aku menangis, membuatku menangis bahkan saat aku bahagia. Dia yang mengajariku tentang mimpi. Dia mengajariku bahwa keajaiban tidak datang secara ajaib. Mengajari bahwa hidup penuh dengan kemungkinan. Mengajariku bahwa semuanya itu akan adil apabila kita sudah berbicara tentang perasaan. Mengajariku untuk tidak lelah bermimpi. Memberi tahuku bahwa aku bisa ketika aku percaya. Memberi tahu bahwa semuanya itu mungkin. Membuatku mantap, apabila di dunia ini tidak ada mimpi yang konyol. Dan tidak ada yang pantas untuk menertawakan mimpi orang lain. orang yang seperti itu belum pernah merasakan mimpi. Mengetahui apa itu mimpi. Sesuatu yang mudah dibuat, sulit untu dicapai. Dan sebuah harapan yang sulit untuk dimusnahkan. Aku pernah mendengar, apabila kita mempunyai sebuah mimpi yang besar dan mimpi kita hancur menjadi kepingan. Bukankah kepingan itu masih besar? Bukankah setelah itu kita masih bisa bermimpi bukan?
    Aku hanyalah seorang fan. Fan? Seseorang yang mempunyai idola untuk lebih pasti. Banyak yang meremehkan tentang arti seorang fan. Banyak yang tidak paham, apa itu fans. Dan banyak yang tidak mengerti kami. Fans. Banyak yang menganggap kita berlebihan dengan segala hal yang kami lakukan. Fans…
    “Jangan meremehkan anak-anak yang mengejar selebriti Korea atau sebangsanya, hati mereka lebih murni daripada orang lain, mereka mencintai dengan tulus, mereka akan melakukan yang terbaik untuk mengatasi rintangan yang sulit, hambatan bahasa dan budaya. Mereka melambangkan perdamaian, mereka tidak mendiskriminasi berdasarkan ras, mereka berteman dengan orang-orang yang memiliki ketertarikan yang sama dari berbagai negara, mereka lebih bergairah dan hangat dibandingkan dengan orang lain. Mereka tidak mengkhianati orang yang mereka sukai dengan mudah, mereka gigih dan tidak mudah menyerah. Mereka lebih kuat daripada orang lain di dalam, karena ketika mereka mencintai bintang-bintang Korea, mereka mengalami sesuatu yang tidak pernah dialami selama hidupnya. Mereka semua anak-anak yang sensitif, mudah tersentuh, dan mudah menangis untuk waktu yang lama karena satu insiden.”
    Definisi yang terlalu bagus bukan untu kami, fans. Singkatnya cara berpikir kami sangat berbeda dari orang lain, dan pikiran kami tidak mudah untuk dipahami. Umumnya, hanya mereka yang memiliki ketertarikan yang sama yang mampu memasuki dunia kami.
    Aku sudah mulai maklum dengan semua komentar – komentar tentang kami, fans. Dan sekarang aku manyadari bahwa mereka tidak akan pernah memahamiku karena kita berbeda. Biarkanlah aku hidup dalam mimpiku, biarkanlah aku hidup di dalam khayalanku. Dan biarlah aku seperti itu. Karena itu jalanku untuk meraih mimpi – mimpiku.
    Tak terasa sudah beberapa jam aku mengobrol dengan Hanah. Aku membuka program pemutar lagu di laptop-ku dan memutar sebuah lagu…
Sudah terlalu banyak aku berdoa
Tanpa ada sebuah hasil dan semua orang tahu akan itu
Di dalam hatiku terdapat sebuah lagu pengharapan
Sedikit demi sedikit aku mencoba untuk paham
Sekarang aku tidak takut
Walau aku tahu sangat banyak hal yang pantas untuk kita takuti
Kita sudah melewati semua rintangan itu
Bahkan sebelum kita tahu, kita bisa

Akan ada keajaiban jika aku percaya
walau sebuah harapan itu rapuh, tapi sangat sulit untuk dimusnahkan
Tidak ada yang tahu keajaiban apa yang bisa kau raih
Ketika aku percaya…
Entah bagaimanapun…
Aku akan bisa, jika aku percaya…

    Aku memejamkan mataku dan kembali tenggelam dalam anganku. Melihat wajahnya, menerewang semua mimpiku. Menerka masa depan, dan mengulang masa lalu. Biarkan, aku suka caraku yang seperti ini…
                                                                   

LOL~~~ still far from nice I think LOLOL -_-v